- Home>
- ASUHAN IBU KALA III
Posted by : indah anggraini
Senin, 30 Mei 2016
3.ASUHAN
PERSALINAN PADA KALA III

Proses
persalinan terbagi ke dalam empat tahap ,yaitu:
1.kala
I;Tahap Pembukaan
2.kala
II;Tahap Pengeluaran Bayi
3.kala
III;Tahap Pengeluaran Plasenta
4.kala
IV;Tahap Pengawasan
A. Memberikan
Asuhan pada Ibu Bersalin Kala III
1. Fisiologi Kala III
Dimulai
segera setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di
atas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plesenta lepas dalam 6 menit-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Tempat
implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan
kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero
–plasenter akan mendorong plasenta keluar.
Otot
uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal
dan kemudian lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
Pada
kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil,sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
2.
Mekanisme
pelepasan plasenta
a.
Cara-cara
Pelepasan Plasenta:
1). Metode
Ekspulsi Schultze
2). Metode
Ekspulsi Matthew-Duncan
b. Tanda-tanda
pelepasan plasenta
Adapun tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu:
1). Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2). Tali pusat memanjang
3). Semburan darah mendadak dan singkat
3. Pengawasan
Perdarahan
Empat prasat yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut
a.
Prasat
Kustner
Tangan
kanan meregangan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di
atas simfisis.
b.
Prasat
Strassman
Perasat
ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri dan
tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang
ditimbulkan dari gerakan tangan kiri ,jika terasa ada getaran berarti plasenta
sudah lepas.
c.
Prasat
Klien
Untuk melakukan
perasat ini, minta pasien untuk meneran,jika tali pusat tampak turun atau
bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
d.
Prasat
Manuaba
Tangan kiri
memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan
mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawan.
B. Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif III:Mengupayakan
kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi
jumlah kehilangan darah,menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif
kala III : Pemberian oksitosin/uterotonika segera mungkin,melakukan penegangan
tali pusat terkendali(PTT), Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus
uteri.
Penegangan tali pusat terkendali:
Berdiri disamping ibu,pindahkan jepitan semula tali pusat ketitik 5-20 cm dari
vulva dan pegang klem penjepit tersebut , letakan telapak tangan (alas dengan
kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus dan suprasimpisis,
pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan tali uterus ke
dorsokranial,ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan
(jangan dilakukan pemaksaan).
Manajemen aktif kala III terdiri
dari:
a.
Pemberian
oksitosin
b.
Penegangan
tali pusat terkendali
c.
Masase
fundus uteri
C. Pemeriksaan pada Kala III
1. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban
dan Tali Pusat
a. Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta
telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20
kotiledon).
b.
Selaput
Ketuban
Setelah
plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada
bagian yang tertinggal di dalam uterus.
c.
Tali
Pusat
Setelah
plasenta lahir,periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
a.
Panjang
tali pusat
b.
Bentuk
tali pusat (besar,kecil,atau terpilin-pilin)
c.
Inersio
tali pusat
d.
Jumlah
vena dan arteri pada tali pusat
D. Pemantauan Kala III
1. Kontraksi
2. Robekan
Jalan Lahir dan Perineum
3. Hygine]
E. Kebutuhan Ibu pada Kala III
1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga
atau pendamping
2. Penghargaan terhadap proses kelahiran
janin yang telah dilalui
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan
pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan.
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia
lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran
dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih akibat bagian
bawah yang basah oleh darah dan air ketuban.
6. Hidrasi
F. Pendokumentasian pada Kala III
1.Pengkajian
a. Data Subjektif
·
Pasien
mengatakan bahwa bayinya telah lahir
·
Pasien
mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran
·
Pasien
mengatakan bahwa plasenta belum lahir
b.Data
Objektif
·
Jam
bayi lahir spontan
·
Perdarahan
pervaginam
·
TFU
·
Kontraksi
uterus: intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak ada) selama 15 menit pertama
2.Interpretasi
Data
Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada
kala III beserta kondisi normalnya dan mengkaji adanya diagnosis masalah atau
tidak.
G. Komplikasi Persalinan Kala III dan
Tindakan Kala III
1.Pendarahan pada Kala III
Pendarahan pasca persalinan secara
tradisional ialah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III.
Pendarahan pasca persalinan sekarang
dapat di bagi menjadi:
a.Perdarahan pascapersalinan dini
adalah perdarahan 7,500 cc pada 24 jam pertama setelah persalinan
b.Perdarahan
pascapersalinan lambat ialah perdarahan 7,500 cc setelah 24 jam persalinan.
a. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (placenta
telah lahir).
Manajemen atonia
uteri
a.Resusitasi
b.Masase dan kompresi bimanual
c.Uterotonika
d.Operatif
b.Retensio
placenta
Retensio placenta adalah tertahannya
placenta atau belum lahirnya placenta hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir .
c.Perlukan jalan
lahir
1). Robekan
perineum
2),Robekan
serviks
d.Rupture uteri
Rupture uteri merupakan peristiwa
yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi.
Janin pada rupture uteri yang terjadi di luar rumah sakit sudah dapat
dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.
Jenis rupture uteri
·
Rupture
uteri spontan
·
Rupture
uteri traumati
·
Terjadi
karna ada dorongan pada uterus misalnya fundus akibat melahirkan dengan cunam,
manual placenta
·
Rupture
uteri jaringan parut:terjadi karena bekas operasi sebelumnya pada uterus
seperti bekas SC
·
Pembagian
menurut anatomic
·
Rupture
uteri komplit
·
Rupture
uteri inkomplit
Penanganan
pada ruptu uteri:
·
Melakukan
laparatomi
·
Umumnya
histerektomi
2.Tindakan-tindakan
kala III
a.Kompresi
bimanual interna
Kompresi Bimanual Interna adalah
tangan kiri penolong dimasukkan kedalam vagina dan sambil membuat kepalan di
letakkan pada forniks anterior vagina.
b.Kompresi
bimanual eksterna
Kompresi bimanual eksterna merupakan
tindakan yang efektif untuk mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia
uteri.
c.Kompresi Aorta
d.Manual
placenta
Plasenta manual adalah tindakan
untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya dari cavum uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati,
Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:Salemba Medika.